Minggu, 12 Maret 2017

Hukum Menyentuh/memegang dan membaca mushaf al-Qur’an dalam ke adaan berhadats.

Al-Qur’an adalah kitab suci pedoman bagi hamba-hambaNya yang bertaqwa, membacanya merupakan ibadah terbaik dan setiap huruf yang dibaca bernilai pahala sepuluh kebajikan.

Haram memegang, menyentuh dan membawa mushaf al-Qur’an seluruhnya atau sebagiannya, kertasnya, catatan pinggirnya, sampulnya, gantungannya, petinya (kotaknya), dalam baju, dan apa saja yang tertulis padanya ayat-ayat al-Qur’an, walau tulisan yang terdapat didinding atau dikertas maka hal itu juga haram dipegang oleh orang yang berhadats. Akan tetapi boleh membawa al-Qur’an jika bergabung dengan barang-barang lain, tetapi dengan syarat bermaksud membawa barang-barang tersebut, bukan berniat membawa al-Qur’an itu. Boleh juga membawa buku-buku tafsir, jika tafsirnya lebih banyak / dominan dari pada ayat-ayat al-Qur’annya. Jika tafsir dan ayat al-Qur’an sama atau bahkan lebih banyak ayat al-Qur’annya, maka tidak boleh membawanya. Boleh juga membawa buku-buku agama yang didalamnya tertulis ayat-ayat al-Qur’an.

Boleh membuka lembaran al-Qur’an dengan kayu, bagi anak-anak yang sudah mumayyiz tidak dilarang menyentuh dan membawa al-Qur’an yang digunakan untuk belajar, akan tetapi jika anak-anak yang mumayyiz tidak berniat untuk mempelajari al-Qur’an tetap diharamkan membawa dan menyentuh al-Qur’an. kemuidan Boleh membawa benda-benda yang tertulis padanya al-Qur’an, seperti azimat, mata uang, kain, dan kiswah, karena tidak bertujuan untuk al-Qur’an. Bagi orang yang berhadats boleh menuliskan al-Qur’an dengan tanpa menyentuhnya.

Haram meletakkan sesuatu diatas al-Qur’an, seperti roti dan garam, karena itu adalah penghinaan terhadap al-Qur’an . Hukum membaca al-Qur’an dalam keadaan junub , haid dan nifas menurut Madzhab Syafi’i adalam haram, walaupun hanya satu kata yang dimaksud untuk membacanya. Namun jika dimaksudkan untuk berdoa, berdzikir, mengajar, membuka pidato/ceramah, dan membaca isti’azah boleh dan tidak haram. Seperti membaca doa naik kendaraan dalam Q.S az-Zukhruf : 13 :

سبحن الذي سخرلنا هذا وما كناله مقرنين

Demikian pula seorang hafizhah yang terbiasa mengulang-ngulangi hafalannya dan membaca al-Qur’an dari hafalannya tanpa sengaja karena telah terbiasa, maka tidak ada dosa atas dirinya.

Kesimpulannya bagi orang yang berhadats kecil (tidak berwudhu), berhadats besar seperti junub, haid, dan nifas haram menyentuh al-Qur’an. Jika al-Qur’an terletak dalam peti kecil, atau terletak di atas rehal, maka orang yang tidak berwudhu, junub , haid dan nifas tidak boleh menyentuh peti dan rehal itu selama al-Qur’an masih berada didalam peti atau di atas rehal itu.
Bagi seseorang yang berhadats kecil boleh membaca al-Qur’an dengan syarat tidak menyentuh mushaf al-Qur’an tersebut, Namun demikian tetap dianjurkan dan merupakan adab yang baik jika seseorang hendak membaca Al Quran dia berwudhu dahulu dan membersihkan mulutnya. Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah: “Hendaknya jika hendak membaca Al Quran dia membersihkan mulutnya dengan siwak dan selainnya.”

Bahkan ada diantara ulama salaf dahulu, jangankan ketika mereka membaca al Qur’an, ketika mereka membaca hadits nabawi saja, mereka berwudhu dahulu sebagai penghormatan atas perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sementara itu bagi orang yang berhadats besar haram membaca al-Qur’an terlebih-lebih menyentuhnya, kecuali dibolehkan membaca sebahagian ayat yang ada didalam al-Qur’an dengan maksud untuk berdoa, berdzikir, mengajar, membuka pidato/ceramah, wallahu a’lam.disarikan dari kitab :- Minhajut Thalibin wa Umdatu lilmuftin dan- hasyiah bujairimi 'alal khatib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar